Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

The Queen’s Gambit: Adu Strategi Perempuan dalam Pilkada Barru 2024

Suara Perubahan
16 Agu 2024, 18:05 WIB Last Updated 2024-08-16T11:05:58Z
iklan

pilkada, kabupaten Barru
Sumber: Istimewa
SUARAPERUBAHAN.COM, OPINI - Serial The Queen's Gambit telah memukau banyak penonton dengan kisah seorang perempuan bernama Elizabeth "Beth" Harmon, yang dapat ditemui di platform Netflix. Serial ini mengisahkan perjalanan Beth Harmon, seorang anak yatim piatu yang menemukan bakat luar biasa dalam bermain catur. Berangkat dari kehidupan di panti asuhan, Harmon berhasil mendobrak dominasi pria dan mencapai puncak prestasi dalam dunia catur. Kisah ini membuka mata kita terhadap fakta bahwa dominasi pria di bidang tertentu, dalam hal ini catur, bisa diatasi oleh perempuan yang selama ini dianggap sebagai “gender tradisional” yang hanya mampu bekerja dalam ruang lingkup domestik. Perjalanan panjangnya menuju puncak, penuh dengan tantangan dan strategi cermat, mencerminkan keberanian dan kecerdasan seorang perempuanyang berjuang di medan yang selama ini dianggap sebagai wilayah laki-laki.


Serial ini diadaptasi dari strategi permainan catur nyata yang terkenal, yaitu The Queen's Gambit. Strategi ini melibatkan pengorbanan pion di fase awal permainan untuk mendapatkankeuntungan posisi dan kontrol papan yang lebih baik. Ditemukan pertama kali pada abad ke-15 dan menjadi populer pada abad ke-19 oleh pecatur legendaris seperti Wilhelm Steinitz, Emanuel Lasker, dan José Raúl Capablanca, strategi ini memberi keuntungan dalam menguasai papan tengah dan membuka jalan bagi ratu untuk mengambil posisi yang menguntungkan sebuah pengorbanan kecil demi keuntungan yang lebih besar.


Akurasi, strategi, dan teori catur yang digunakan dalam serial ini membuat penontonnya merasakan secara nyata bagaimana seorang perempuan dapat mendobrak dominasi pria. Serial ini diangkat dari novel yang ditulis oleh Walter Tevis dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1983. Adaptasi serial televisinya disutradarai oleh Scott Frank dan Allan Scott, dengan Anya Taylor-Joy memerankan tokoh utama, Beth Harmon. Serial ini dirilis pada tahun 2020 dan mendapatkan banyak pujian atas penulisan, penyutradaraan, dan penampilan aktingnya.

Apa yang membuat serial ini begitu menarik adalah bagaimana Harmon menggunakan kecerdasan, strategi, dan kekuatan mentalnya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Catur, yang sering dianggap sebagai permainan yang kaku dan serius, dihidupkan kembali melalui perjuangan Beth Harmon. Setiap langkah di papan catur adalah bagian dari strategi yang lebih besar. Setiap pengorbanan dan pergerakan bidak memiliki tujuan jangka panjang yang cermat.


Fenomena serupa dapat kita saksikan di Kabupaten Barru pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Kali ini, dua perempuan tangguh bersaing memperebutkan posisi bupati, sebuah momentum politik yang jarang terjadi, terutama di daerah dengan sejarah panjang patriarki. Layaknya permainan catur, mereka memainkan politik yang membutuhkan kecerdasan, ketepatan strategi, dan kemampuan untuk membaca situasi beberapa langkah ke depan. Seperti Harmon, mereka harus membuat keputusan yang tampak kecil tetapi berdampak besar di kemudian hari. Kedua calon ini bukan hanya bersaing untuk memenangkan suara rakyat, tetapi juga membawa harapan dan impian bagi perubahan di daerah mereka.


Dalam The Queen's Gambit, Harmon sering kali menggunakan gambit strategi pengorbanan kecil untuk keuntungan besar. Dalam politik, konsep ini dapat diterapkan pada keputusan yang tampaknya merugikan pada awalnya tetapi memberikan keuntungan jangka panjang. Di Barru, kita bisa melihat bagaimana kedua calon perempuan ini juga melakukan gambit mereka sendiri. Mereka mungkin harus membuat pengorbanan tertentu, seperti mengambil posisi kontroversial atau menunda janji-janji tertentu, demi mendapatkan dukungan yang lebih besar di masa depan. Ini adalah permainan yang penuh dengan risiko tetapi juga berpotensi membawa kemenangan besar.


Di tengah persaingan ketat ini, kita melihat bagaimana perempuan dalam politik Barru menjadi medan adu kecerdasan, keberanian, dan strategi yang tidak kalah menantang dibandingkan dengan pertandingan catur. Calon yang mampu membaca situasi, mengantisipasi gerakan lawan, dan tetap fokus pada tujuan akhirnya akan keluar sebagai pemenang, layaknya Beth Harmon yang akhirnya menjadi juara dunia (Sertl & Yates, 2020).


Dengan latar belakang sejarah dan budaya Barru yang kuat, kita bertanya-tanya, siapakah dari dua calon ini yang akan menjadi Perempuan The Queen's Gambit di Barru? Siapa yang memiliki strategi, ketajaman berpikir, dan keberanian untuk membawa perubahan signifikan bagi daerah ini?


Pertarungan ini tidak hanya soal siapa yang akan menang, tetapi juga siapa yang akan menjadi ikon baru, sebagaimana Colliq Pujie menjadi simbol intelektual perempuan di Barru. Dalam konteks ini, Pilkada Barru 2024 lebih dari sekadar pemilihan kepala daerah. Ini adalah medan bagi perempuan untuk membuktikan bahwa mereka mampu memainkan gambit mereka.


Apakah Barru akan melihat lahirnya The Queen's Gambit yang baru, Perempuan yang akan mencatat sejarah dan membawa daerah ini menuju masa depan yang lebih cerah? Atau akankah persaingan ini hanya menjadi bagian dari dinamika politik biasa? Yang pasti, kemenangan dalam Pilkada ini akan menentukan arah dan masa depan Barru, serta mempertegas peran perempuan dalam peta politik lokal.


Pilkada Barru 2024 adalah cerminan dari pergeseran budaya dan politik di mana perempuan tidak lagi berada di pinggir panggung, melainkan di pusat permainan. Seperti Beth Harmon di The Queen's Gambit, kedua calon bupati ini akan menunjukkan siapa yang memiliki strategi terbaik, siapa yang akan mengorbankan sesuatu untuk kemenangan yang lebih besar, dan siapa yang akan menjadi The Queen's Gambit di Kabupaten Barru.


Penulis :
Muhammad Yusril Taib
(Mahasiswa Universitas Negeri Makassar dan Kader Gappembar di Kabupaten Barru)

Iklan

iklan