Iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Munjirin Mengubah Biogas Limbah Manusia Menjadi Harapan Warga Jakarta Timur

Dodi Adrian Febriansyah
16 Nov 2025, 04:28 WIB Last Updated 2025-11-16T02:26:01Z
iklan

Sumber: Pribadi
SUARAPERUBAHAN.COM, PERISTIWA – Wali Kota Jakarta Timur Munjirin mengambil suatu keputusan dalam menyikapi persoalan serius warga Jakarta Timur, yaitu pengelolaan terhadap limbah manusia. Limbah dapat dikelola sebagai kebutuhan rakyat dan justru dapat membenahi apa yang tersembunyi di balik tembok rumah-rumah warga terkait persoalan sanitasi dasar yang selama ini dibiarkan menjadi bagian dari nasib urban yang tak kunjung berubah.


Di tengah hiruk-pikuk kota-kota besar dalam membangun infrastruktur yang megah, ada satu persoalan yang jarang sekali didengar dalam rapat-rapat pejabat maupun baliho kampanye, persoalan limbah manusia ini jarang tersorot, tidak mengandung unsur secara politis, dan sering dianggap terlalu kotor untuk dibahas di ruang publik. Padahal, bagi warga di kawasan padat penduduk, persoalan sanitasi adalah soal hidup sehari-hari.


Permasalahan dalam buang air besar sembarangan, saluran pembuangan terbuka, dan limbah yang mengalir ke kali, hal ini bukanlah suatu hal baru. Masyarakat seolah sudah terbiasa dengan pandangan dan kebiasaan hidup seperti itu dan sayangnya sering kali terabaikan. Justru hal tersebut dampaknya sangat nyata yang dapat menyebabkan tercemarnya air, penyakit menular, dan generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat.


Dapat dibayangkan dalam pembangunan sebagai sesuatu yang besar, tinggi, dan modern. Tetapi lupa bahwa kesehatan sebuah kota ditentukan oleh kenyamanan masyarakat dan partisipasi publik, tidak terhitung dari megahnya sebuah pembangunan.


Munjirin berani mengambil suatu keputusan yang membuktikan bahwa limbah bukan sekadar masalah, melainkan potensi energi. Melalui pembangunan tangki septik komunal berteknologi biogas di Bidara Cina, Kampung Rambutan, dan Pekayon, Jakarta Timur menunjukkan bahwa sesuatu yang selama ini dianggap menjijikkan ternyata dapat diolah menjadi sumber energi bersih.


Melalui instalasi tersebut,  gas metana yang dihasilkan dapat digunakan warga untuk memasak. Ironisnya,  sesuatu yang selama ini dihindari dan jarang disorot karena menjadi api kebutuhan eksternal dalam kebutuhan dapur dapur warga. Hal ini menjadi esensi pembangunan: kemampuan mengubah masalah menjadi manfaat.


Realisasi dari Program tersebut  bukan sekadar eksperimental. Dapat dirasa oleh masyarakat sebuah kemanfaatan sebagai berikut:


  1.  Lingkungan menjadi lebih sehat. Tidak ada lagi limbah yang dialirkan ke got atau sungai. Penyakit berkurang, kualitas hidup meningkat.
  2. Pengeluaran warga berkurang. Ketika biogas mampu menggantikan sebagian kebutuhan LPG, satu keluarga dapat menghemat lebih dari satu juta rupiah per tahun. Dalam kondisi ekonomi yang serba sulit, penghematan seperti ini bukan hal kecil.
  3. Perubahan pola pikir. Teknologi tidak lagi dianggap milik kota pintar yang jauh di sana. Ia hadir di kampung mereka, sederhana namun berdampak.


Pembangunan sanitasi merupakan pengambilan keputusan yang diprioritaskan, program tersebut dapat dijadikan contoh oleh pemerintah dan publik.


“kepemimpinan bukan soal mengikuti perhatian publik, tetapi mengarahkan perhatian publik kepada masalah yang penting” ujarnya pada pernyataannya.


Dalam kegiatan ini, Munjirin bersinergi dengan pemerintah, BUMD, CSR perusahaan, dan masyarakat. Ia juga memastikan bagaimana warga dilibatkan sejak awal agar fasilitas ini menjadi “milik bersama”, bukan sekadar struktur beton yang dibangun lalu ditinggalkan.


Jika dapat diperluas, potensi Jakarta Timur untuk menjadi pelopor energi hijau berbasis limbah domestik sangat besar. Contohnya dengan menghapus praktik BABS, meningkatkan sanitasi, dan mengubah pola pikir masyarakat bukan hanya langkah teknis, tetapi langkah peradaban.


Munjirin telah membuktikan bahwa permasalahan yang kurang disorot dan diminati oleh publik dan pemerintah justru menghasilkan harapan bagi masyarakat. Persoalan yang serius ini mampu mengubah masa depan Jakarta Timur lebih baik.



Penulis : Redza Sutiara Akbar

Editor : Darby

Iklan

iklan