
Suaraperubahan.com / Malang – Di tengah semangat pengabdian masyarakat, mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) hadir sebagai agen perubahan dengan melaksanakan kegiatan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Dusun Wiloso Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir. Program ini menyasar 15 keluarga dengan tujuan utama mengubah perilaku sanitasi demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, Selasa (29/7/2025).
STBM merupakan gerakan perubahan perilaku yang berfokus pada lima pilar utama: menghentikan buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Dusun Wiloso telah mencapai status Open Defecation Free (ODF) pada pilar pertama, yaitu stop buang air besar sembarangan, dan kini berupaya melanjutkan ke pilar-pilar berikutnya.
Nurul Hidayati, Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Puskesmas Wagir, mengapresiasi kerja keras mahasiswa Unitri yang telah membantu masyarakat mengubah pola hidup mereka.
“Gerakan Pemicuan STBM ini baru pertama kali dilakukan di Dusun Wiloso dan kami berharap desa ini menjadi contoh bagi wilayah lain,” ujarnya.
Kegiatan ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan melibatkan gotong royong, saling mengingatkan, dan mengajak masyarakat melihat langsung dampak perilaku tidak sehat melalui pemetaan desa. Masyarakat diajak memahami bagaimana buang air besar sembarangan dapat mencemari sumber air minum, serta bagaimana tangan kotor bisa menyebarkan penyakit.
Rona Sari Mahaji Putri, pembimbing mahasiswa, menjelaskan, “Pendekatan partisipatif dan emosional membuat perubahan kecil di lingkungan dapat memberi dampak besar.” Mahasiswa berperan sebagai fasilitator yang menjadi teman belajar, bukan sekadar pengajar.
Ns. Sisca Dewi Arini, pembimbing lapang dari Puskesmas Wagir, menambahkan bahwa keberhasilan STBM sangat bergantung pada kerja sama warga, kader kesehatan, dan perangkat desa. Kesadaran perlahan tumbuh dari dalam masyarakat, menjadi fondasi kuat untuk membangun perilaku baru yang lebih sehat dan lestari.
Selain fokus pada pilar kebersihan dasar, mahasiswa juga memberikan penyuluhan pengelolaan sampah, salah satu pilar penting STBM. Mereka mengajarkan warga membedakan sampah organik dan anorganik serta cara mengelolanya, misalnya dengan membuat kompos atau mendaur ulang. Pesan yang disampaikan sederhana namun kuat: menjaga kebersihan adalah tanggung jawab sosial yang harus dijalankan bersama.
Kegiatan ini melampaui sekadar upaya menjaga kebersihan. Ia mengajarkan masyarakat untuk peduli pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik menjadi awal perubahan yang berkelanjutan.
Nurul menegaskan, “Saat masyarakat sadar akan perilakunya, terbentuk perilaku baru yang bertahan lama. Perubahan ini tumbuh dari dalam, bukan dipaksakan dari luar.” Harapannya, wajah Dusun Wiloso Gondowangi akan berubah menjadi lebih sehat, bersih, dan nyaman untuk generasi mendatang
Gerakan Pemicuan STBM yang digagas mahasiswa UNITRI di Dusun Wiloso adalah contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Melalui pendekatan partisipatif, edukasi yang menyenangkan, dan perubahan perilaku yang berakar, program ini menunjukkan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama.
STBM merupakan gerakan perubahan perilaku yang berfokus pada lima pilar utama: menghentikan buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Dusun Wiloso telah mencapai status Open Defecation Free (ODF) pada pilar pertama, yaitu stop buang air besar sembarangan, dan kini berupaya melanjutkan ke pilar-pilar berikutnya.
Nurul Hidayati, Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Puskesmas Wagir, mengapresiasi kerja keras mahasiswa Unitri yang telah membantu masyarakat mengubah pola hidup mereka.
“Gerakan Pemicuan STBM ini baru pertama kali dilakukan di Dusun Wiloso dan kami berharap desa ini menjadi contoh bagi wilayah lain,” ujarnya.
Kegiatan ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan melibatkan gotong royong, saling mengingatkan, dan mengajak masyarakat melihat langsung dampak perilaku tidak sehat melalui pemetaan desa. Masyarakat diajak memahami bagaimana buang air besar sembarangan dapat mencemari sumber air minum, serta bagaimana tangan kotor bisa menyebarkan penyakit.
Rona Sari Mahaji Putri, pembimbing mahasiswa, menjelaskan, “Pendekatan partisipatif dan emosional membuat perubahan kecil di lingkungan dapat memberi dampak besar.” Mahasiswa berperan sebagai fasilitator yang menjadi teman belajar, bukan sekadar pengajar.
Ns. Sisca Dewi Arini, pembimbing lapang dari Puskesmas Wagir, menambahkan bahwa keberhasilan STBM sangat bergantung pada kerja sama warga, kader kesehatan, dan perangkat desa. Kesadaran perlahan tumbuh dari dalam masyarakat, menjadi fondasi kuat untuk membangun perilaku baru yang lebih sehat dan lestari.
Selain fokus pada pilar kebersihan dasar, mahasiswa juga memberikan penyuluhan pengelolaan sampah, salah satu pilar penting STBM. Mereka mengajarkan warga membedakan sampah organik dan anorganik serta cara mengelolanya, misalnya dengan membuat kompos atau mendaur ulang. Pesan yang disampaikan sederhana namun kuat: menjaga kebersihan adalah tanggung jawab sosial yang harus dijalankan bersama.
Kegiatan ini melampaui sekadar upaya menjaga kebersihan. Ia mengajarkan masyarakat untuk peduli pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik menjadi awal perubahan yang berkelanjutan.
Nurul menegaskan, “Saat masyarakat sadar akan perilakunya, terbentuk perilaku baru yang bertahan lama. Perubahan ini tumbuh dari dalam, bukan dipaksakan dari luar.” Harapannya, wajah Dusun Wiloso Gondowangi akan berubah menjadi lebih sehat, bersih, dan nyaman untuk generasi mendatang
Gerakan Pemicuan STBM yang digagas mahasiswa UNITRI di Dusun Wiloso adalah contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Melalui pendekatan partisipatif, edukasi yang menyenangkan, dan perubahan perilaku yang berakar, program ini menunjukkan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama.